Minggu, 27 November 2011

sahabat

Diposting oleh Rizka dlix di 02.49 4 komentar
kata sahabat adalah sebuah kata yang menandakan bahwa manusia adalah makhluk sosial namun demikian besar arti sebenarnya dari sebuah persahabatan sehingga membuatnya begitu berarti. kadang sahabat dapat membuat hari-hari yang kita lalui benar-benar indah dan memiliki banyak cerita, namun kadang juga sahabat membuat kenangan terburuk untuk kita sepanjang hidup.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.


Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

untuk saya sahabat adalah sahabat, dan sahabat terbaik adalah sahabat yang tau kapan dia atau kita membutuhkannya.


:butuh waktu yang lama untuk membangun sebuah persahabatan, tetapi hanya butuh waktu singkat untuk menghancurkannya:

*dikutip dari berbagai blog sahabat,.
makasii.

Minggu, 20 November 2011

CERITA KITA

Diposting oleh Rizka dlix di 00.50 11 komentar
        Berawal dari pembagian kelas sewaktu kita baru masuk SMA.Berarti ga banyak temen yang kita kenal. Nah,ternya aku RIZKA di tempatkan di kelas x9,DI suatu sekolah yakni SMA NEGRI 1 BUKITTINGGI. di kelas itu ga banyak wajah yang aku kenal,hanya beberapa temen smp saja yg aku ketahui.. nah,seiring berjalannya waktu 1/1 nama pun nyangkut di fikirannku.

dan pada akhirnya kami semua pun bersatu menjadi satu keluarga yang bernama BELOVED X9.walopun ga semua temen yang deket yang jelas kita ttp aja satu ibu yaitu ibu ASMAYETY.

INILAH KAMI. 




       Bulan ramadan pertama saya d sma pun dateng,kalo ramadan yang di tunggu tunggu pasti BERBUKA , naaaaah, kelas itupun merencanakan buka bersama, yang akhirnya terlaksana yakni d rumah salah satu pengurus selancar,FIRA.
ini dia,

Jumat, 18 November 2011

novel

Diposting oleh Rizka dlix di 22.53 0 komentar

bagi temen-temen yang belum baca novel 3600 detik,ayoo buruan beli,atau minjem tetangga.
3600 detik
Penerbit             : PT Gramedia Pustaka Utama              
Edisi                  : Soft cover
Penulis               : Charon
Kategori             : Fiksi
ISBN                 : 9792237283
Halaman            : 208
Ukuran              : 135x20
Tahun Terbit       : 2009


Sinopsis :
Sandra sangat terpukul ketika orangtua bercerai.. Dan hati semakin sakit ketika ayah memutuskan ia harus tinggal bersama ibu yg selama ini tak pernah dekat dengannya. Kemarahan yg menggelora menjadikan Sandra remaja yg bandel. Berulang kali ia dikeluarkan dari sekolah krn kenakalan di luar batas. Akhir ibu memutuskan utk pindah kota. Mungkin suasana & lingkungan baru akan mengubah perilaku putrinya. Namun di sekolah yg baru ini Sandra sudah bertekad utk membuat diri dikeluarkan lagi. Ia bertekad akan membuat ulah agar para guru tak tahan terhadapnya. Namun ia salah perkiraan. Pak Donny sangat sabar menghadapinya. Wali kelas itu berpendapat mengeluarkan Sandra berarti menuruti keinginan anak bandel ini. Namun lambat laun Sandra berubah. Orangtua maupun guru heran. Mereka yakin Leon-lah yg membuat gadis itu berubah. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Leon bisa bersahabat dgn Sandra sementara murid-murid yg lain justru menjauhi gadis urakan itu. Apa yg membuat Leon tertarik pada padahal kedua bagaikan langit & bumi. Leon adl anak rumahan yg manis bintang pelajar sopan tekun.. berbeda seratus delapan puluh derajat dgn Sandra..


gimana?
terpukau?
ayo buruan beli.. :)


Kamis, 17 November 2011

sekilas info

Diposting oleh Rizka dlix di 23.59 14 komentar
bagi temen-temen yang suka lagunya IFY BLINK cintakan membawamu,yang di populerkan oleh DEWA .
dapat melihat di link berikut.

http://www.youtube.com/watch?v=srePnTf218k&feature=related  

liriknya lagunya sebagai berikut:

Tiba saat mengerti
Jerit suara hati
Yang letih meski mencoba
Melabuhkan rasa yang ada

Mohon tinggal sejenak
Lupakanlah waktu
Temani air mataku, Teteskan lara
Merajut asa, Menjalin mimpi
Endapkan sepi - sepi

Reff :
Cinta'kan membawamu...
Kembali disini, Menuai rindu
Membasuh perih
Bawa serta dirimu...
Dirimu yang dulu
Mencintaiku apa adanya...

Saat dusta mengalir
Jujurkanlah hati
Genangkan bathin jiwamu
Genangkan cinta
Seperti dulu Saat bersama
Tak ada keraguan...
Back to Reff :

thanks.
:D

Rabu, 16 November 2011

bukittinggi

Diposting oleh Rizka dlix di 17.31 4 komentar

Bukittinggi
Bukittinggi (Indonesian for "high hill") is one of the larger cities in West Sumatra, Indonesia, with a population of over 91,000 people and an area of 25.24 km². It is situated in the Minangkabau highlands, 90 km by road from the West Sumatran capital city of Padang. It is located at 0°18′20″S 100°22′9″E / 0.30556°S 100.36917°E / -0.30556; 100.36917, near the volcanoes Mount Singgalang (inactive) and Mount Marapi (still active). At 930 m above sea level, the city has a cool climate with temperatures between 16.1°-24.9°C.
Bukittinggi 

Clock tower and main square 

Seal
Motto: Saayun Salangkah
(
Minangkabau: Same turn, same step

Bukittinggi
Location of Bukittinggi in Sumatra

Bukittinggi
Location of in Indonesia
Coordinates: 0°18′20″S 100°22′9″E / 0.30556°S 100.36917°E / -0.30556; 100.36917Coordinates: 0°18′20″S 100°22′9″E / 0.30556°S 100.36917°E / -0.30556; 100.36917 Country Indonesia Province West Sumatra Area - Total 25.24 km2 (9.7 sq mi) Elevation 930 m (3,051 ft) Population (2000) - Total 91,983 - Density 3,644/km2 (9,437.9/sq mi) Time zone WIB (UTC+7) Website www.bukittinggikota.go.id
History

Fort de Kock in 1826
The city has its origins in five villages which served as the basis for a marketplace.[1]
The city was known as Fort de Kock during colonial times in reference to the Dutch outpost established here in 1825 during the Padri War. The fort was founded by Captain Bauer at the top of Jirek hill and later named after the then Lieutenant Governor-General of the Dutch East Indies, Hendrik Merkus de Kock.[2] The first road connecting the region with the west coast was built between 1833 and 1841 via the Anai Gorge, easing troop movements, cutting the costs of transportation and providing an economic stimulus for the agricultural economy.[3] In 1856 a teacher-training college (Kweekschool) was founded in the city, the first in Sumatra, as part of a policy to provide educational opportunities to the indigenous population.[4] A rail line connecting the city with Payakumbuh and Padang was constructed between 1891 and 1894.[5]
During the Japanese occupation of Indonesia in World War II, the city was the headquarters for the Japanese 25th Army, the force which occupied Sumatra. The headquarters was moved to the city in April 1943 from Singapore, and remained until the Japanese surrender in August 1945.[6]
Mosque in central Bukittinggi
During the Indonesian National Revolution, the city was the headquarters for the Emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI) from December 19, 1948 to July 13, 1949. During the second 'Police Action' Dutch forces invaded and occupied the city on December 22, 1948, having earlier bombed it in preparation. The city was surrendered to Republican officials in December 1949 after the Dutch government recognized Indonesian sovereignty
The city was officially renamed Bukittinggi in 1949, replacing its colonial name. From 1950 until 1957, Bukittinggi was the capital city of a province called Central Sumatra, which encompassed West Sumatra, Riau and Jambi. In February 1958, during a revolt in Sumatra against the Indonesian government, rebels proclaimed the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in Bukittinggi. The Indonesian government had recaptured the town by May the same year.
A group of Muslim men had planned to bomb a cafe in the city frequented by foreign tourists in October 2007, but the plot was aborted due to the risk of killing Muslim individuals in the vicinity. Since 2008 the city administration has banned Valentine's Day and New Year's celebrations as they consider them not in line with Minangkabau traditions or Islam, and can lead to "immoral acts" such as young couples hugging, kissing and not to mention fornicating.
Administration
Bukittinggi is divided in 3 subdistricts (kecamatan), which are further divided into 5 villages (nagari) and 24 kelurahan. The subdistricts are:
Guguk Panjang, Mandiangin Koto Selayan, and Aur Birugo Tigo Baleh.
Transportation
Bukittinggi is connected to Padang by road, though a dysfunctional railway line also exists. For inner-city transport, Bukittinggi employs a public transportation system known as Mersi (Merapi Singgalang) and IKABE that connect locations within the city. The city also still preserves the traditional horse-cart widely known in the area as Bendi, although the use is limited and more popular to be used as vehicle for tourist, both domestic and foreign.
Tourism
It is a city popular with tourists due to the climate and central location. Attractions within the city include:

Sianok Canyon
  • Ngarai Sianok (Sianok Canyon)
  • Lobang Jepang (Japanese Caves) - a network of underground bunkers & tunnels built by the Japanese during World War II
  • Jam Gadang - a large clock tower built by the Dutch in 1926.
  • Pasar Atas and Pasar Bawah - traditional markets in downtown.
  • Taman Bundo Kanduang park. The park includes a replica Rumah Gadang (literally: big house, with the distinctive Minangkabau roof architecture) used as a museum of Minangkabau culture, and a zoo. The Dutch hilltop outpost Fort de Kock is connected to the zoo by the Limpapeh Bridge pedestrian overpass.
  • Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta (Museum of Bung Hatta Birthplace) - the house where Indonesian founding father Mohammad Hatta was born, now a museum.
Notable nearby destinations include Lake Maninjau and the Harau Valley.
References
1. ^ Nas, Peter J. M. (2002). The Indonesian Town Revisited. LIT Verlag. ISBN 3825860388.
2. ^ Domenig, Gaudenz; Nas, P; Schefold, Reimar (2004). Indonesian Houses. National University of Singapore Press. ISBN 9971692929.
3. ^ Colombijn, Freek (2005). "A Moving History of Middle Sumatra, 1600–1870". Modern Asian Studies 39 (1): 1–38. doi:10.1017/S0026749X04001374.
4. ^ Aritonang, Jan S. (1994). Mission Schools in Batakland (Indonesia), 1861-1940. BRILL. ISBN 9004099670.
5. ^ Krishnamurti, Indra (2004-12-09). "History of Railways in Indonesia". http://keretapi.tripod.com/history.html. Retrieved 2007-10-03.
6. ^ Kahin, Audrey (1974). "Some preliminary observations on West Sumatra during the revolution". Indonesia 18 (Oct): 76–117. doi:10.2307/3350695. JSTOR 3350695.
7. ^ Kahin, Audrey (1999). Rebellion to Integration: West Sumatra and the Indonesian Polity. Amsterdam University Press. ISBN 9053563954.
 

Rizka dlix Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting